Monday 30 March 2015
PERANGKAT MENGAJAR MATEMATIKA SMP-MTS
PERANGKAT MENGAJAR MATEMATIKA SMP-MTS
1. SK dan KD Matematika SMP disini
2. Pemetaaan SK Matematika SMP disini
3. Silabus Matematika SMP disini
4. RPP Matematika SMP disini
5. Promes Matematika SMP disini
6. Prota Matematika SMP disini
7. KKM Matematika SMP disini
PERANGKAT MENGAJAR BAHASA INDONESIA SMP-MTS
PERANGKAT MENGAJAR BAHASA INDONESIA SMP-MTS
1. SK - KD Indonesia SMP disini
2. Silabus Indonesia SMP disini
3. Prota Indonesia SMP disini
4. Promes Indonesia SMP disini
5. RPP Kelas 7 Indonesia SMP disini
6. RPP kelas 8 Indonesia SMP disini
7 RPP Kelas 9 Indonesia disini
PERANGKAT MENGAJAR BAHASA INGGRIS SMP-MTS
PERANGKAT MENGAJAR BAHASA INGGRIS SMP-MTS
1. SK dan KD Inggris SMP disini
2. Pemetaan SK Inggris SMP disini
3. Silabus Inggris SMP disini
4. RPP Inggris SMP disini
5. Promes Inggris SMP disini
6. Prota Inggris SMP disini
7. KKM Inggris SMP disini
PERANGKAT MENGAJAR IPS SMP SMP-MTS
PERANGKAT MENGAJAR IPS SMP SMP-MTS
1. SK DAN KD IPS SMP disini
2. Pemetaan SK IPS SMP disini
3. Silabus IPS SMP disini
4. RPP IPS SMP disini
5. Promes IPS SMP disini
6. Prota IPS SMP disini
7. KKM IPS SMP disini
PERANGKAT MENGAJAR PKN SMP-MTS
PERANGKAT MENGAJAR PKN SMP-MTS
1. SK-KD PKN SMP disini
2. Pemetaan PKN SMP disini
3. Silabus PKN disini
4. RPP PKN disini
5. Promes PKN SMP disini
6. Prota PKN SMP disini
7. K K M PKN SMP disini
Sunday 29 March 2015
PERANGKAT MENGAJAR IPA SMP-MTs
Perangkat Mengajar IPA SMP-MTs
1. SK-KD IPA disni
2. Pemetaan SK_KD disini
3. Silabus disini
4. RPP IPA disini
5. Promes IPA disini
6. Promes IPA disini
7. KKM IPA disini
1. SK-KD IPA disni
2. Pemetaan SK_KD disini
3. Silabus disini
4. RPP IPA disini
5. Promes IPA disini
6. Promes IPA disini
7. KKM IPA disini
Friday 27 March 2015
Tuesday 24 March 2015
Sunday 22 March 2015
PROPOSAL DIKLAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
PROPOSAL DIKLAT PENGEMBANGAN BAHAN AJAR
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah membawa perubahan pada hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan. Kalau tidak, bangsa ini akan kalah bersaing dalam memasuki era globalisasi tersebut.
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi pada kenyataannya, upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kuailtas pendidikan. Salah satu indikator kurang berhasilnya diindikasikan oleh nilai UAN siswa untuk berbagai bidang studi pada jenjang SMP dan SMA/MA yang tidak memperlihatkan kenaikan yang berarti bahkan boleh dikatakan konstan dari tahun ke tahun.
Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikanselama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama, strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategiinput-output yang diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.
Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa komleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
Diskusi tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan tetapi juga harus lebih memperhatikan faktor proses pendidikan. Input pendidikan merupakan hal yang mutlak harus ada dalam batas - batas tertentu tetapi tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan (school resources are necessary but not sufficient condition to improve student achievement). Di samping itu, mengingat sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan lainnya, maka sekolah harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan kualitas/mutu pendidikan. hal ini akan dapat dilaksanakan jika sekolah dengan berbagai keragamannya itu, diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan anak didiknya. Walaupun demikian, agar mutu tetap terjaga dan agar proses peningkatan mutu tetap terkontrol, maka harus ada standar yang diatur dan disepakati secara secara nasional untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan peningkatan mutu tersebut (adanya benchmarking). Pemikiran ini telah mendorong munculnya pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu pendidikan di masa mendatang harus berbasis sekolah sebagai institusi paling depan dalam kegiatan pendidikan. Pendekatan ini, kemudian dikenal dengan manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah (School Based Quality Management) atau dalam nuansa yang lebih bersifat pembangunan (developmental) disebut School Based Quality Improvement.
Konsep yang menawarkan kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat dan pemerintah dengan tanggung jawabnya masing - masing ini, berkembang didasarkan kepada suatu keinginan pemberian kemandirian kepada sekolah untuk ikut terlibat secara aktif dan dinamis dalam rangka proses peningkatan kualitas pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang ada. Sekolah harus mampu menterjemahkan dan menangkap esensi kebijakan makro pendidikan serta memahami kindisi lingkunganya (kelebihan dan kekurangannya) untuk kemudian melaui proses perencanaan, sekolah harus memformulasikannya ke dalam kebijakan mikro dalam bentuk program - program prioritas yang harus dilaksanakan dan dievaluasi oleh sekolah yang bersangkutan sesuai dengan visi dan misinya masing - masing. Sekolah harus menentukan target mutu untuk tahun berikutnya. Dengan demikian sekolah secara mendiri tetapi masih dalam kerangka acuan kebijakan nasional dan ditunjang dengan penyediaan input yang memadai, memiliki tanggung jawab terhadap pengembangan sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan belajar siswa dan masyarakat.
B. PREDIKSI DAMPAK DIKLAT
Seminar ini menjaring guru-guru SMP / SMA dari berbagai sekolah se-Malang Raya. Output pelatihan ini akan memberikan wahana baru dalam proses belajar mengajar di sekolah atau lembaga pendidikan masing-masing, sehingga hasilnya akan berdampak kepada para peserta didik.
C. LANDASAN DIKLAT
1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Undang-Undang No. 14. Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
3. PP. No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
D. TEMA DIKLAT
“Profesionalisme Guru”
E. NAMA DIKLAT
“Diklat Pengembangan bahan ajar”
F. TUJUAN DIKLAT
Tujuan UMUM diadakan Diklat ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengembangan sumber daya manusia
2. Menemukan format kurikulum pendidikan yang tepat bagi pembelajaran
3. Peserta dapat mengimplementasikan hasil Diklat ke dalam proses belajar mengajar
Tujuan khusus Diklat ini adalah:
1. Peserta mampu mendesain kelas yang termanajemeni dengan baik, membuat kelas menjadi aman tenteram dan segar bagi siswa, membuat rencana disiplin yang efektif, membuat siswa mematuhi aturan tanpa keterpaksaan.
2. Peserta mampu memahami model-model pembelajaran, model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, dan model pembelajaran berbasis masalah.
3. Peserta memiliki karya/produk berupa bahan ajar yang dapat diterapkan di dalam proses belajar mengajar.
G. JADWAL ACARA DIKLAT
Ceremonial
1. Pembukaan
2. Sambutan-sambutan
• Ketua Panitia
• Dosen Pembimbing
• Ketua Prodi
Penutupan
1. Pembukaan
2. Sambutan-sambutan
• Ketua Prodi
• Perwakilan Panitia
• Perwakilan Peserta
Penutup
H. PESERTA DIKLAT
Peserta Diklat pengembangan bahan ajar ini adalah utusan dari seluruh Peserta diklat pengembangan bahan ajar ini adalah guru-guru tingkat SMP/ SMA sederajat yang sudah diidentifikasi oleh panitia yang berjumlah 60 lembaga se-Jawa Timur. Adapun syarat dan kriteria menjadi peserta sebagai berikut:
1. Peserta merupakan rekomendasi lembaga sekolah se-Jawa Timur atau umum
2. Peserta mempunyai motivasi tinggi untuk berkembang
3. Peserta disarankan membawa alat tulis secukupnya
4. Peserta membayar konstribusi sebesar Rp. 100.000,- dengan fasilitas yang disediakan panitia sebagai berikut:
• CD Makalah
• Modul
• Stop Map
• Sertifikat
• Block Note
• Co-Card
• Makan
• Snack dan Soft Drink
I. PENYELENGGARA DIKLAT
Mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Pascasarjana UIN MALIKI Malang.
J. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Tempat : Aula Pascasarjana UIN MALIKI Malang
Waktu : disesuaikan
K. SUSUNAN PANITIA
--- disesuaikan
L. ANGGARAN DANA
--- disesuaikan
N. PENUTUP
Demi kelancaran kegiatan, segala sesuatu yang belum tercantum dalam proposal ini akan ditentukan kemudian oleh panitia pelaksana. Semoga dengan dukungan dan partisipasi dari semua pihak acara ini dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan dan memenuhi tujuan yang ingin dicapai. Amin.
A. LATAR BELAKANG
Perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi telah membawa perubahan pada hampir semua aspek kehidupan manusia dimana berbagai permasalahan hanya dapat dipecahkan dengan upaya penguasaan dan peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Selain manfaat bagi kehidupan manusia di satu sisi perubahan tersebut juga telah membawa manusia ke dalam era persaingan global yang semakin ketat. Agar mampu berperan dalam persaingan global, maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas sumber daya manusianya. Oleh karena itu, peningkatan kualitas sumber daya manusia merupakan kenyataan yang harus dilakukan secara terencana, terarah, intensif, efektif dan efisien dalam proses pembangunan. Kalau tidak, bangsa ini akan kalah bersaing dalam memasuki era globalisasi tersebut.
Berbicara mengenai kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam proses peningkatan kualitas sumber daya manusia. Peningkatan kualitas pendidikan merupakan suatu proses yang terintegrasi dengan proses peningkatan kualitas sumber daya manusia itu sendiri. Menyadari pentingnya proses peningkatan kualitas sumber daya manusia, maka pemerintah bersama kalangan swasta sama-sama telah dan terus berupaya mewujudkan amanat tersebut melalui berbagai usaha pembangunan pendidikan yang lebih berkualitas antara lain melalui pengembangan dan perbaikan kurikulum dan sistem evaluasi, perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan materi ajar, serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya. Tetapi pada kenyataannya, upaya pemerintah tersebut belum cukup berarti dalam meningkatkan kuailtas pendidikan. Salah satu indikator kurang berhasilnya diindikasikan oleh nilai UAN siswa untuk berbagai bidang studi pada jenjang SMP dan SMA/MA yang tidak memperlihatkan kenaikan yang berarti bahkan boleh dikatakan konstan dari tahun ke tahun.
Ada dua faktor yang dapat menjelaskan mengapa upaya perbaikan mutu pendidikanselama ini kurang atau tidak berhasil. Pertama, strategi pembangunan pendidikan selama ini lebih bersifat input oriented. Strategi yang demikian lebih bersandar kepada asumsi bahwa bilamana semua input pendidikan telah dipenuhi, seperti penyediaan buku-buku (materi ajar) dan alat belajar lainnya, penyediaan sarana pendidikan, pelatihan guru dan tenaga kependidikan lainnya, maka secara otomatis lembaga pendidikan (sekolah) akan dapat menghasilkan output (keluaran) yang bermutu sebagai mana yang diharapkan. Ternyata strategiinput-output yang diperkenalkan oleh teori education production function (Hanushek, 1979,1981) tidak berfungsi sepenuhnya di lembaga pendidikan (sekolah), melainkan hanya terjadi dalam institusi ekonomi dan industri.
Kedua, pengelolaan pendidikan selama ini lebih bersifat macro-oriented, diatur oleh jajaran birokrasi di tingkat pusat. Akibatnya, banyak faktor yang diproyeksikan di tingkat makro (pusat) tidak terjadi atau tidak berjalan sebagaimana mestinya di tingkat mikro (sekolah). Atau dengan singkat dapat dikatakan bahwa komleksitasnya cakupan permasalahan pendidikan, seringkali tidak dapat terpikirkan secara utuh dan akurat oleh birokrasi pusat.
Diskusi tersebut memberikan pemahaman kepada kita bahwa pembangunan pendidikan bukan hanya terfokus pada penyediaan faktor input pendidikan tetapi juga harus lebih memperhatikan faktor proses pendidikan. Input pendidikan merupakan hal yang mutlak harus ada dalam batas - batas tertentu tetapi tidak menjadi jaminan dapat secara otomatis meningkatkan mutu pendidikan (school resources are necessary but not sufficient condition to improve student achievement). Di samping itu, mengingat sekolah sebagai unit pelaksana pendidikan formal terdepan dengan berbagai keragaman potensi anak didik yang memerlukan layanan pendidikan yang beragam, kondisi lingkungan yang berbeda satu dengan lainnya, maka sekolah harus dinamis dan kreatif dalam melaksanakan perannya untuk mengupayakan peningkatan kualitas/mutu pendidikan. hal ini akan dapat dilaksanakan jika sekolah dengan berbagai keragamannya itu, diberikan kepercayaan untuk mengatur dan mengurus dirinya sendiri sesuai dengan kondisi lingkungan dan kebutuhan anak didiknya. Walaupun demikian, agar mutu tetap terjaga dan agar proses peningkatan mutu tetap terkontrol, maka harus ada standar yang diatur dan disepakati secara secara nasional untuk dijadikan indikator evaluasi keberhasilan peningkatan mutu tersebut (adanya benchmarking). Pemikiran ini telah mendorong munculnya pendekatan baru, yakni pengelolaan peningkatan mutu pendidikan di masa mendatang harus berbasis sekolah sebagai institusi paling depan dalam kegiatan pendidikan. Pendekatan ini, kemudian dikenal dengan manajemen peningkatan mutu pendidikan berbasis sekolah (School Based Quality Management) atau dalam nuansa yang lebih bersifat pembangunan (developmental) disebut School Based Quality Improvement.
Konsep yang menawarkan kerjasama yang erat antara sekolah, masyarakat dan pemerintah dengan tanggung jawabnya masing - masing ini, berkembang didasarkan kepada suatu keinginan pemberian kemandirian kepada sekolah untuk ikut terlibat secara aktif dan dinamis dalam rangka proses peningkatan kualitas pendidikan melalui pengelolaan sumber daya sekolah yang ada. Sekolah harus mampu menterjemahkan dan menangkap esensi kebijakan makro pendidikan serta memahami kindisi lingkunganya (kelebihan dan kekurangannya) untuk kemudian melaui proses perencanaan, sekolah harus memformulasikannya ke dalam kebijakan mikro dalam bentuk program - program prioritas yang harus dilaksanakan dan dievaluasi oleh sekolah yang bersangkutan sesuai dengan visi dan misinya masing - masing. Sekolah harus menentukan target mutu untuk tahun berikutnya. Dengan demikian sekolah secara mendiri tetapi masih dalam kerangka acuan kebijakan nasional dan ditunjang dengan penyediaan input yang memadai, memiliki tanggung jawab terhadap pengembangan sumber daya yang dimilikinya sesuai dengan kebutuhan belajar siswa dan masyarakat.
B. PREDIKSI DAMPAK DIKLAT
Seminar ini menjaring guru-guru SMP / SMA dari berbagai sekolah se-Malang Raya. Output pelatihan ini akan memberikan wahana baru dalam proses belajar mengajar di sekolah atau lembaga pendidikan masing-masing, sehingga hasilnya akan berdampak kepada para peserta didik.
C. LANDASAN DIKLAT
1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Undang-Undang No. 14. Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
3. PP. No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
D. TEMA DIKLAT
“Profesionalisme Guru”
E. NAMA DIKLAT
“Diklat Pengembangan bahan ajar”
F. TUJUAN DIKLAT
Tujuan UMUM diadakan Diklat ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kesadaran akan pentingnya pengembangan sumber daya manusia
2. Menemukan format kurikulum pendidikan yang tepat bagi pembelajaran
3. Peserta dapat mengimplementasikan hasil Diklat ke dalam proses belajar mengajar
Tujuan khusus Diklat ini adalah:
1. Peserta mampu mendesain kelas yang termanajemeni dengan baik, membuat kelas menjadi aman tenteram dan segar bagi siswa, membuat rencana disiplin yang efektif, membuat siswa mematuhi aturan tanpa keterpaksaan.
2. Peserta mampu memahami model-model pembelajaran, model pembelajaran langsung, model pembelajaran kooperatif, dan model pembelajaran berbasis masalah.
3. Peserta memiliki karya/produk berupa bahan ajar yang dapat diterapkan di dalam proses belajar mengajar.
G. JADWAL ACARA DIKLAT
Ceremonial
1. Pembukaan
2. Sambutan-sambutan
• Ketua Panitia
• Dosen Pembimbing
• Ketua Prodi
Penutupan
1. Pembukaan
2. Sambutan-sambutan
• Ketua Prodi
• Perwakilan Panitia
• Perwakilan Peserta
Penutup
H. PESERTA DIKLAT
Peserta Diklat pengembangan bahan ajar ini adalah utusan dari seluruh Peserta diklat pengembangan bahan ajar ini adalah guru-guru tingkat SMP/ SMA sederajat yang sudah diidentifikasi oleh panitia yang berjumlah 60 lembaga se-Jawa Timur. Adapun syarat dan kriteria menjadi peserta sebagai berikut:
1. Peserta merupakan rekomendasi lembaga sekolah se-Jawa Timur atau umum
2. Peserta mempunyai motivasi tinggi untuk berkembang
3. Peserta disarankan membawa alat tulis secukupnya
4. Peserta membayar konstribusi sebesar Rp. 100.000,- dengan fasilitas yang disediakan panitia sebagai berikut:
• CD Makalah
• Modul
• Stop Map
• Sertifikat
• Block Note
• Co-Card
• Makan
• Snack dan Soft Drink
I. PENYELENGGARA DIKLAT
Mahasiswa Program Studi Manajemen Pendidikan Islam (MPI) Pascasarjana UIN MALIKI Malang.
J. WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Tempat : Aula Pascasarjana UIN MALIKI Malang
Waktu : disesuaikan
K. SUSUNAN PANITIA
--- disesuaikan
L. ANGGARAN DANA
--- disesuaikan
N. PENUTUP
Demi kelancaran kegiatan, segala sesuatu yang belum tercantum dalam proposal ini akan ditentukan kemudian oleh panitia pelaksana. Semoga dengan dukungan dan partisipasi dari semua pihak acara ini dapat terlaksana sebagaimana yang diharapkan dan memenuhi tujuan yang ingin dicapai. Amin.
Friday 20 March 2015
PROPOSAL BIMBINGAN TEKNIK BIMTEK AKREDITASI SMP
PROPOSAL
BIMBINGAN TEKNIK ( BIMTEK ) PELAKSANAAN
AKREDITASI SMP DISDIKPORA
KABUPATEN MAGELANG
A. RASIONAL
Pengertian Akreditasi Sekolah/Madrasah
Akreditasi sekolah/madrasah adalah proses penilaian secara komprehensif terhadap kelayakan satuan atau program pendidikan, yang hasilnya diwujudkan dalam bentuk sertifikat pengakuan dan peringkat kelayakan yang dikeluarkan oleh suatu lembaga yang mandiri dan profesional.
Penggunaan instrumen akreditasi yang komprehensif dikembangkan berdasarkan standar yang mengacu pada SNP. Hal ini didasarkan pada Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 yang memuat kriteria minimal tentang komponen pendidikan. Seperti dinyatakan pada pasal 1 ayat (1) bahwa SNP adalah kriteria minimal tentang sistem pendidikan di seluruh wilayah hukum Negara Kesatuan Republik Indonesia. Oleh karena itu, SNP harus dijadikan acuan guna memetakan secara utuh profil kualitas sekolah/madrasah. Di dalam pasal 2 ayat (1), lingkup SNP meliputi:
1. standar isi;
2. standar proses;
3. standar kompetensi lulusan;
4. standar pendidik dan tenaga kependidikan;
5. standar sarana dan prasarana;
6. standar pengelolaan;
7. standar pembiayaan; dan
8. standar penilaian pendidikan.
SNP diharapkan menjadi pendorong dan dapat menciptakan suasana kondusif bagi pertumbuhan pendidikan dan memberikan arahan untuk evaluasi diri sekolah/ madrasah yang berkelanjutan, serta menyediakan perangsang untuk terus berusaha mencapai mutu yang diharapkan.
Mengacu pada Permendiknas No. 59/2012 sebagai Perubahan Permendiknas No. 28/2005 tentang BAN-PT, Permendiknas No. 29/2005 BAN-S/M, dan Permendinas No. 30/2005 tentang BAN-PNF dalam kaitannya dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap, terencana, adil, professional, komprehensip dan transfaran sebagai akuntabilitas public yang diharapkan dapat tercapai dalam kesatuan pendidikan, khususnya pendidikan dasar dan menengah berdasarkan Permendiknas No. 12/2009 tentang Akreditasi SMP/MTs
B. LANDASAN BIMTEK
1. Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Undang-Undang No. 14. Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
3. PP. No. 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
4. Permendiknas No. 59/2012 Tentang Akreditasi Sekolah
C. NAMA BIMTEK
Pelaksanaan Akreditasi SMP dan SD Disdikpora Kabupaten Magelang
D.TUJUAN KEGIATAN
Tujuan kegiatan Bimtek ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat meningkatkan pengelolaan sekolah, berdasarkan Standar Naional Pendidikan (SNP).
2. Dapat meningkatkan mutu pengelolaannya, memenuhi mutu proses manajemen/pengelolaan sekolah.
3. Dapat memproses secara sistemik setiap standar mutu dengan berbasis pada standar baku mutu
pendidikan.
4. Dapat menghasilkan mutu pendidikan sesuai pedoman Permendikbud No. 59/2012, dengan terpenuhinya 8 Standar Nasional Pendidikan dengan baik dan benar.
E. SASARAN
Sasaran kegiatan atau peserta Bimtek Akreditasi adalah seluruh SMP / SD yang akan melaksanakan akreditasi di tahun 2015 yang masing masing sekolah berjumlah 8 orang.
Tujuan khusus Bimtek ini adalah:
1. Peserta mampu mendesain Standar Nasional Pendidikan yang termanajemeni dengan baik, dalam
kaitannya dengan upaya peningkatan mutu pendidikan nasional secara bertahap, terencana, adil,
professional, komprehensip dan transfaran sebagai akuntabilitas.
2. Peserta mampu memahami istrumen istrumen dan juklak dan juknis akkreditasi
3. Peserta dapat meng-aplikasikan dalam istrumen istrumen akreditasi yang pada akhirnya dapat
meningkatkan mutu pendidikan sekolah sebagai tolok ukur kinerja sekolah.
B. NARA SUMBER
Sebagai nara sumber Bimtek Akreditasi adalah
1. Drs. Eko Triyono Kadisdikpora Kab. Magelang
2. Drs. Haryono M.Pd Kabid dikdas
3. Drs. Joko Sri Widadi , M.M Asessor Akreditasi BAN Prov. Jateng
4. Drs. Purwanto, M.Pd Asessor Akreditasi BAN Prov. Jogjakarta
5. Joko Priyono S, SE.,S.Pd Direktur LP3sdm
C. TEMPAT KEGIATAN
Tempat kegiatan Bimtek adalah di Wisma Nugraha Banyurojo. Jl. Sarwo Edie Wibowo Saragan
Banyurojo Magelang.
D. WAKTU PELAKSANAAN
Bimtek Akreditasi SMP/SD Disdikpora Kab. Magelang akan dilaksanakan selama sehari pada tanggal 16-17 Februari 2015.
JADWAL ACARA DIKLAT
1.Ceremonial
1. Pembukaan
2. Menyanyikan Lagu Kebangsaan Indonesia Raya
2. Sambutan-sambutan
• Laporan Ketua Penyelenggara
• Kepala Disdikpora Sekaligus Pembukaan Acara Bimtek Akreditasi
3. Penutup
Saturday 7 March 2015
Mekanik Otomotif Sekolah
Mekanik Otomotif Sekolah
Sekolah
adalah salah lembaga yang mengkhususkan diri pada dunia pendidikan, yang
menyelenggarakan proses belajar mengajar untuk membimbing, membina dan
mengembangkan potensi anak didik untuk mencapai tujuan pendidikan. Sebagai
masyarakat belajar sekolah mepunyai
karakteristik tersendiri untuk mengembangkan potensi anak didik yang bersifat
keilmuan dan ketrampilan.
Munculnya Pendidikan Sistim
Ganda dalam dunia pendidikan tidak lepas dari pemikiran tentang Link &
Match (Keterkaitan dan Kesepadanan). Berbicara mengenai pendidikan sistim ganda
yang berarti didua tempat artinya pendidikan ada yang diajarkan didunia
pendidikan (sekolah) dan ada yang diajarakan didunia usaha (Perusahaan).
Dalam Buku Penuntun Pendidikan
Sistim Ganda DepDikBud “Pada dasarnya, program PSG dimaksud untuk meningkatkan
mutu pendidikan pada SMK, meningkatkan mutu tamatan SMK untuk mencapai Misi
SMK”. Mencermati kalimat diatas jelas sekali bahwa Program Pendidikan Sistim
Ganda atau kemitraan dengan Dunia Usaha merupakan suatu jalan untuk mencapai
meningkatnya mutu lulusan SMK, dengan upaya mensepadankan pembelajaran di dunia
pendidikan dengan kebutuhan di dunia usaha( industri) yang dilaksanakan dengan
program Praktik Kerja ndustri (Prakerin)
Sampai saat ini
Praktek Kerja Industri (Prakerin) hampir semua sekolah mempunyai jadwal yang
sama yang jatuh antara oktober s/d maret, sehingga terjadi penumpukan siswa
prakerin maka dari itu jumlah siswa yang tertampung juga terbatas mengingat jumlah
perusahaan juga terbatas.
Kalau jumlah siswa
yang praktek melebihi jumlah mekanik perusahaan bagaimana mungkin dapat memberi
bimbingan yang baik belum lagi kemampuan mekanik tidak semua bisa membimbing, belum lagi pemahaman dan ketrampilan siswa
juga berbeda beda yang pada gilirannya dapat menyulitkan semua pihak.
Untuk masuk dalam
praktik keahlian produktif tentu harus mengusai ketrampilan dasar terlebih
dahulu baru kemudian menjadi pembantu mekanik ahli selanjutnya dapat melakukan
sendiri, mengingat bengkel otomotif pekerjaannya bersifat memecahkan masalah
yang diperlukan kehlian khusus dan ketrampilan khusus pula terlebih lagi barang
yang dikerjakan bukan milik perusahaan tetapi milik pelanggan dalam hal ini
perusahaan dituntut dapat menjaga mutu pekerjaan dan purna pekerjaan harus
tepat waktu yang dapat memuaskan pelanggan.
Berangkat dari sini
maka diharapkan para siswa yang akan
melaksanakan Prakerin sebelumnya wajib dibekali dengan penguasaan
materi Ketrampilan Dasar Umum dan
Ketrampilan Dasar Otomotif yang dapat diajarkan dibengkel sekolah.
Pada kenyataan
tidak semua sekolah mempunyai fasilitas yang memadai baik sarana dan prasara
pendukung praktik siswa belum lagi ketersediaan guru pembimbing yang
berkompeten yang berkualitas, demikian pula dengan dunia usaha. Lain kalau
dunia usaha yang mempunyai fasilitas pelatihan, dengan waktu prakerin 3 (tiga)
maka siswa dapat dibimbing melalui program pelatihan yang disesuaikan dengan
program pelatihan yang berlaku didunia usaha yang dibutuhkan oleh siswa yang
meliputi pelaran teori terapan, praktik ketrampilan Dasar Otomotif dan Praktik
Over Houl System ((melakukan proses bongkar pasang pemeriksaan – perbaikan pada
unit Trainning.
Dengan pola yang
demikian dapat diambil manfaat bagi bagi siswa, sekolah dan dunia usaha.
Manfaat bagi siswa badan sehat, berkembangnya minat dan kecintaan terhadap
dunia otomotif terbentuknya pola pikir yang terencana dan kemampuan untuk
bekerjasama serta meningkatkan ketrampilan yang sepadan dengan mekanik. Adapun
manfaat bagi perusahaan tersedianya tenaga – tenaga terampil yang sesuai dengan
kebutuhan didunia usaha/industri sedangkan
untuk sekolah dapat mengikuti perkembangan yang terjadi didunia usaha.
Sebagai calon
mekanik yang baik dan bermutu siswa harus menguasai dasar otomotif secara
keseluruhan baik pemahaman maupun ketrampilannya, hal ini dapat tercapai jika
diberi pelatihan sedangkan tempat pelatihan terbaik adalah disekolah karena
disekolah memperoleh kesempatan yang sama sebagai bagian peningkatan mutu
sekolah.
Peningkatn ini
dapat dicapai melalui kemitraan dengan dunia usaha dan industri, sehingga
sekolah dapat mengetahui perkembangan teknologi yang dimanfaatkan dalam dunia
usaha/ industri dan apa yang dibutuhkan dalam rangka mendukung perkembangan
teknologi serta bagaimana mempersiapkan tenaga pelaksananya.
Kemitraan itu
hendaknya dikonsepkan dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan utama mutu
lulusan SMK. Dengan demikian diharapkan sekolah dapat berfungsi sepenuhnya
sebagai agen pembelajaran pendidikan
ketrampilan yang representatif.
Disisi yang lain
dunia usaha/industri sebagai bentuk kepedulian
pendidikan tetap menjalin kemitraan dengan sekolah, senantiasa
memberikan masukan dan bantuan teknik agar mampu melaksanakan pelatihan
seutuhnya tetapi tidak dalam bentuk mengambil alih proses pendidikan sekolah.
Dengan menyamakan
persepsi antara dunia usaha/industri dan dunia pendidikan hanya satu
kepentingan yaitu perkembangan siswa agar dapat berkembang didalam dunia kerja,
untuk diharap menjalin kemitraan dalam rangka menjembatani perbedaan yang ada
agar dapat terwujud kesamaan Visi dan Misi dalam rangka mempersiapkan masa
depan anak bangsa melalui pendidikan.
Untuk itu Kepada
Dunia Usaha/Industri agar tidak alergi terhadapat dunia pendidikan dan dunia
pendidikan tidak perlu grogi menghadapi dunia usaha/industri satukan langkah
hanya dengan menjunjung satu kepentingan yaitu “Demi Masa Depan Anak-Anak
Bangsa”
Magelang,
25 januari 2014
Oleh : Joko Priyono S, SE, S.Pd
Oleh : Joko Priyono S, SE, S.Pd
PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP 2015
PERANGKAT PEMBELAJARAN MATEMATIKA SMP 2015
Monggo yang membutuhkan Perangkat pembelajaran matematika Smp/Mts dapat diambil semoga bermanfaat
MATEMATIKA KELAS VII
1. Silabus Matematika kelas VII disini
2. Analisis KD Matematika kelas VII disini
3. Prota, Promes, Distribusi Waktu disini
4. KKM Matematika Kelas VII disini
5. RPP Matematika Semester I Kelas VII disini
6. RPP Matematika semerter II disini
MATEMATIKA KELAS VIII
1. Silabus Matematika kelas VIII disini
2. Analisis KD Matematika kelas VIII disini
3. Prota, Promes, Distribusi Waktu disini
4. KKM Matematika Kelas VIII disini
5. RPP Matematika semester I Kelas VIII disini
6. RPP Matematika Semester II Kelas VIII disini
MATEMATIKA KELAS IX
1. Silabus Matematika kelas IX disini
2. Analisis KD Matematika kelas IX disini
3. Prota, Promes, Distribusi Waktu disini
4. KKM Matematika Kelas IX disini
5. RPP Matematika Kelas IX disini
Saran dan masukan yang membangun sangat diharapkan
Monggo yang membutuhkan Perangkat pembelajaran matematika Smp/Mts dapat diambil semoga bermanfaat
MATEMATIKA KELAS VII
1. Silabus Matematika kelas VII disini
2. Analisis KD Matematika kelas VII disini
3. Prota, Promes, Distribusi Waktu disini
4. KKM Matematika Kelas VII disini
5. RPP Matematika Semester I Kelas VII disini
6. RPP Matematika semerter II disini
MATEMATIKA KELAS VIII
1. Silabus Matematika kelas VIII disini
2. Analisis KD Matematika kelas VIII disini
3. Prota, Promes, Distribusi Waktu disini
4. KKM Matematika Kelas VIII disini
5. RPP Matematika semester I Kelas VIII disini
6. RPP Matematika Semester II Kelas VIII disini
MATEMATIKA KELAS IX
1. Silabus Matematika kelas IX disini
2. Analisis KD Matematika kelas IX disini
3. Prota, Promes, Distribusi Waktu disini
4. KKM Matematika Kelas IX disini
5. RPP Matematika Kelas IX disini
Saran dan masukan yang membangun sangat diharapkan
Pendidikan karakter
Bung karno pernah berpesan kepada kita : “Bangsa ini
harus dibangun dengan mendahulukan pembangunan karakter (Character Building),
karena pembangun karakter inilah yang akan membuat Indonesia menjadi bangsa
yang besar, maju dan jaya serta bermartabat”.
Bahwa karakter diyakini sebagai keadaan psikho-fisis
yang dapat ditumbuh kembangkan dengan upaya komprehensif, karakter setiap
individu akan berubah sesuai dengan proses perjalanan hidup yang sangat
dipengaruhi oleh lingkungannya.
Dengan melihat fenomena yang terjadi akhir akhir ini
baik ditataran sosial, ekonomi, politik dan
hukum terjadi banyak ketimpangan – ketimpangan antara lain maraknya
korupsi dari level atas sampai bawah, hukum
belum berjalan sebagaimana mestinya, belum lagi dipanggung politik kita sering
dijumpai perilaku para politikus yang yang mencederai hati rakyatnya.
Karakter bangsa ini telah berubah, yang menggerogoti
jiwa nasionalisme dan patriotisme. Orang tidak lagi ramah tamah, saling tolong
menolong, bergotong royong, kecenderungan individualistik, sikap jujur menjadi
sesuatu yang asing. Justru sekarang yang
nampak sikap egoistik dan individualistik yang berdampak pada perilaku yang
suka marah emosional mudah menghujat maunya menang sendiri.
Sebenarnya hal ini dapat diminimalisir jika pendidikan
karakter yang dapat membangkitkan rasa nasionalisme bangsa dengan segala
implementasinya. Secara konseptual pendidikan karakter sering disamakan dengan
pendidikan nilai, pendidikan religius, pendidikan budi pekerti, pendidikan
akhlak mulia, pendidikan moral (Samsuri,2009:1)
Pendidikan karakter adalah suatu sistim penanaman
nilai –nilai perilaku (karakter ) kepada warga sekolah yang meliputi
pengetahuan, kesadaran atau kemauan,dan tindakan untuk melaksanankan
nilai-nilai, baik terhadap Tuhan Yang Maha Esa (YME), diri sendiri, sesama,
lingkungan, maupun kebangsaan sehingga menjadi insan kamil. (Direktorat
P-SMP,2010) .
Dalam konteks
kebangsaan pendidikan karakter kebangsaan mutlak diperlukan dan
mendesak. Karakter wawasan kebangsaan adalah sebuah pengetahuan dan kesadaran
yang mendalam sebagai bagian integral dari sebuah bangsa , dimana kualitas
keberadaannya terpancar melalui pola pikir, sikap hidup dan tindakannya, yang
mengandung nilai pengorbanan, kesederajatan dan kekeluargaan. Pengorbanan
berarti kesedian mereduksi berbagai kepentingan
sendiri (pribadi, golongan, daerah dsb) untuk lebih mementingkan
kebutuhan bersama. Kesederajatan
artinya kesedian mengambil peran yang sama dalam perjuangan dalam mencapai cita
– cita bersama mencapai taraf hidup yang lebih baik. Kekeluargaan
berarti sedia untuk menjalin hubungan
harmonis antar kelompok bangsayang saling membutuhkan dengan tetap memelihara
kepentingan bersama sebagai bangsa (Bijah Subiyanto, 2006:105 dalam
Triwahyuningsih Seminar Nasional Pendidikan Karakter 2011)
Nilai yang perlu ditanamkan dan ditumbuhkembangkan tak
lepas dari budaya bangsa Indonesia dengan mengedepankan Ke-Bhinneka Tunggal Ika-an
artinnya walau dalam kebeberdaan tetapi tetap dalam satu kesatuan Indonesia
maka dari itu nasionalisme yang dibangun harus dilandasi dengan empat tata
nilai yaitu pertama semangat
beragama yang dianut dipahami dan diamalkan, kedua nilai kemasyarakatan
yang berupa etika moral adat istiadat yang berlaku didaerah itu dengan semangat
jiwa kemanusiaan, ketiganilai dasar yang terkandung dalam UUD 45 dan
falsafah Pancasila dan keempat
semangat nilai kenegaraan nilai yang
menyangkut cinta tanah air, menghormati perbedaan dan keberagaman.
Untuk mengatasi krsisis nasionalisme multidimensional
tersebut, hendaknya mulai saat ini kita kembali berkomitmen bersama sebagaimana
yang telah dilakukan para pendahulu kita, pertama pada tanggal 20 mei 1908 berkomitmen
dalam Kebangkitan Nasional, kedua Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dengan
mewujudkan satu tanah air,bangsa dan bahasa indonesia, ketiga tanggal 17
Agustus 1945 dalam proklamasi kemerdekaan Indonesia, keempat 30 september 1965
komitmen menolak ideologi komunis yang anti Pancasila dan menolak desintegrasi
bangsa, yang terakhir Mei 1998 tonggak lahirnya reformasi dan demokrasitisasi
Pancasila.
Implementasi dari itu semua muaranya perlu adanya pola
pendidikan karakter bangsa yang berkelanjutan, konseptual dengan substansi pendidikan karakter bangsa perlu
segera dirumuskan dalam butir – butir nilai yang kongkrit dan nyata dengan
parameter yang jelas dan mudah dipahami semua lapisan masyarakat dengan
keberagaman tingkat pengetahuan dan latar belakang pendidikannya. Yang segera
diajarkan/dilaksanakan pada peserta didik mulai dari Pendidikan Anak Usia Dini
(Paud) sampai Perguruan Tinggi sebagaimana harapan Menteri Pendidikan Nasional dalam pidato
sambutan dalam Rangka Hari Pendidikan
Nasional 2 Mei 2011yang dilaksanakan mulai
tahun pelajaran 2011/2012 .
Keberhasilan pendidikan karakter tidak hanya
ditentukan oleh besarnya peranan pendidikan dalam memberikan pelajaran atau
bimbingan tetapi juga ditentukan oleh faktor lingkungan sosial dalam memberikan
situasi yang kondusif. Hal ini akan berhasil jika kita seluruh komponen bangsa
saling bahu membahu dalam rangka pembentukan karakter bangsa yang bermartabat,
dan sekaranglah saatnya kita buktikan bahwa
sesungguh bangsa indonesia merupakan bangsa yang bermartabat dimulai
dari diri kita masing – masing.
DAFTAR PUSTAKA
1. Yudrik Yahya, 2003. Wawasan Kependidikan Depdiknas
2. Doni Koesuma A, 2007.
Pendidikan Karakter, Jakarta Grasindo
3. Triwahyuningsih, 2011.
Pendidikan Karakter Dalam Rangka Kesadaran Berbangsa Dan Bernegara, Makalah
dalam Seminar Nasional Pendidikan Karakter, Magelang
4. Djoko Sasongko, 2011.
Strategi dan Implementasi Pendidikan Karakter Bangsa Di Sekolah Menengah Atas,
Makalah dalam Seminar Pendidikan Karakter, Magelang.
FUNGSI HP
FUNGSI HP
Telepon
genggam (telgam) atau telepon
seluler (ponsel) atau handphone (HP) adalah perangkat telekomunikasi elektronik yang mempunyai kemampuan dasar yang sama dengantelepon konvensional saluran tetap, namun dapat dibawa ke mana-mana (portabel/mobile) dan tidak perlu disambungkan dengan jaringan telepon
menggunakan kabel (nirkabel; wireless). Saat ini, Indonesia mempunyai dua jaringan telepon nirkabel
yaitu sistem GSM (Global System for Mobile Telecommunications) dan sistem CDMA (Code Division Multiple Access).
Badan yang mengatur telekomunikasi seluler Indonesia adalah Asosiasi Telekomunikasi Seluler
Indonesia(ATSI).
Selain berfungsi untuk melakukan dan menerima panggilan telepon,
telgam umumnya juga mempunyai fungsi pengiriman dan penerimaan pesan singkat (short
message service, SMS). Ada pula penyedia jasa telepon genggam di beberapa negara yang menyediakan layanan generasi
ketiga (3G) dengan menambahkan jasa videophone,
sebagai alat pembayaran, maupun untuk televisi online di telepon genggam mereka. Sekarang, telepon genggam menjadigadget yang multifungsi. Mengikuti perkembangan teknologi digital, kini
telgam juga dilengkapi dengan berbagai pilihan fitur, seperti bisa menangkap
siaran radio dan televisi, perangkat lunak
pemutar audio (MP3) dan video, kamera digital, game, dan layanan internet (WAP, GPRS,3G). Selain fitur-fitur tersebut, telgam
sekarang sudah ditanamkan fitur komputer. Jadi di telgam
tersebut, orang bisa mengubah fungsi telgam tersebut menjadi mini komputer. Di
dunia bisnis, fitur ini sangat membantu bagi para pebisnis untuk melakukan
semua pekerjaan di satu tempat dan membuat pekerjaan tersebut diselesaikan
dalam waktu yang singkat.
Generasi I
Telepon genggam generasi 1G
Telepon genggam generasi pertama disebut juga
1G. 1-G merupakan telepon genggam pertama yang sebenarnya. Tahun 1973, Martin
Cooper dari Motorola Corp menemukan telepon genggam pertama dan diperkenalkan
kepada publik pada 3 April 1973. Telepon genggam yang ditemukan oleh Cooper
memiliki berat 30 ons atau sekitar 800 gram. Penemuan inilah yang telah
mengubah dunia selamanya. Teknologi yang digunakan 1-G masih bersifat analog
dan dikenal dengan istilah AMPS. AMPS menggunakan frekuensi antara 825 Mhz- 894 Mhz dan
dioperasikan pada Band800 Mhz. Karena bersifat analog, maka sistem yang digunakan masih
bersifat regional. Salah satu kekurangan generasi 1-G adalah karena ukurannya
yang terlalu besar untuk dipegang oleh tangan. Ukuran yang besar ini
dikarenakan keperluan tenaga dan performa baterai yang kurang baik. Selain itu
generasi 1-G masih memiliki masalah dengan mobilitas pengguna. Pada saat
melakukan panggilan, mobilitas pengguna terbatas pada jangkauan area telepon
genggam.
Generasi II
Telepon genggam tahun 1996
Generasi kedua atau 2-G muncul pada sekitar
tahun 1990-an. 2G di Amerika sudah menggunakan teknologi CDMA, sedangkan di Eropa menggunakan teknologi GSM. GSM menggunakan frekuensi standar 900 Mhz dan frekuensi 1800 Mhz. Dengan frekuensi
tersebut, GSM memiliki kapasitas pelanggan yang lebih besar. Pada generasi 2G sinyal analog sudah diganti dengan
sinyal digital. Penggunaan sinyal digital memperlengkapi telepon genggam
dengan pesan suara, panggilan tunggu, dan SMS. Telepon genggam pada generasi ini juga
memiliki ukuran yang lebih kecil dan lebih ringan karena penggunaan teknologi chip digital. Ukuran yang lebih kecil juga dikarenakan
kebutuhan tenaga baterai yang lebih kecil. Keunggulan
dari generasi 2G adalah ukuran dan berat yang lebih kecil serta
sinyal radio yang lebih rendah, sehingga mengurangi efek radiasi yang membahayakan pengguna.
Generasi III
Telgam 3-G
Generasi ini disebut juga 3G yang memungkinkan operator jaringan untuk
memberi pengguna mereka jangkauan yang lebih luas, termasuk internet sebaik video
call berteknologi tinggi. Dalam 3G terdapat 3 standar untuk dunia
telekomunikasi yaitu Enhance Datarates for GSM Evolution (EDGE), Wideband-CDMA,
dan CDMA 2000. Kelemahan dari generasi
3G ini adalah biaya yang relatif lebih tinggi, dan kurangnya cakupan jaringan
karena masih barunya teknologi ini. Tapi yang menarik pada generasi ini adalah
mulai dimasukkannya sistem operasi pada telgam sehingga membuat fitur telgam
semakin lengkap bahkan mendekati fungsi PC. Sistem operasi yang digunakan
antara lain Symbian, Android dan Windows Mobile
Generasi IV
Generasi ini disebut juga Fourth Generation (4G). 4G merupakan sistem
telgam yang menawarkan pendekatan baru dan solusi infrastruktur yang
mengintegrasikan teknologi nirkabel yang telah ada termasuk wireless
broadband (WiBro), 802.16e, CDMA, wireless LAN, Bluetooth, dan lain-lain. Sistem 4G berdasarkan heterogenitas jaringan IP yang
memungkinkan pengguna untuk menggunakan beragam sistem kapan saja dan di mana
saja. 4G juga memberikan penggunanya kecepatan tinggi, volume tinggi, kualitas
baik, jangkauan global, dan fleksibilitas untuk menjelajahi berbagai teknologi
berbeda. Terakhir, 4G memberikan pelayanan pengiriman data cepat untuk
mengakomodasi berbagai aplikasi multimedia seperti, video
conferencing, online game,
dan lain-lain.
Cara kerja
Didalam telgam, terdapat sebuah pengeras suara, mikrofon, papan tombol, tampilan layar, danpowerful
circuit board dengan mikroprosesor yang membuat setiap telepon seperti komputer mini. Ketika berhubungan dengan
jaringan nirkabel, sekumpulan teknologi tersebut memungkinkan
penggunanya untuk melakukan panggilan atau bertukar data dengan telepon lain
atau dengan komputer.
Jaringan nirkabel beroperasi dalam sebuah
jaringan yang membagi kota atau wilayah kedalam sel-sel yang lebih kecil. Satu
sel mencakup beberapa blok kota atau sampai 250 mil persegi. Setiap sel
menggunakan sekumpulan frekuensi radio atau saluran-saluran
untuk memberikan layanan di area spesifik. Kekuatan radio ini harus dikontrol
untuk membatasi jangkauan sinyal geografis. Oleh Karena itu, frekuensi yang
sama dapat digunakan kembali di sel terdekat. Maka banyak orang dapat melakukan
percakapan secara simultan dalam sel yang berbeda di seluruh kota atau wilayah,
meskipun mereka berada dalam satu saluran.
Dalam setiap sel, terdapat stasiun dasar yang
berisi antena nirkabel dan perlengkapan radio lain. Antena nirkabel dalam
setiap sel akan menghbungkan penelepon ke jaringan telepon lokal, internet, ataupun jaringan nirkabel lain. Antena nirkabel mentransimiskan sinyal. Ketika telgam dinyalakan, telepon akan
mencari sinyal untuk mengkonfirmasi bahwa
layanan telah tersedia. Kemudian telepon akan mentransmisikan nomor
identifikasi tertentu, sehingga jaringan dapat melakukan verifikasi informasi
konsumen- seperti penyedia layanan nirkabel, dan nomor telepon.
Panggilan dari telepon genggam ke telepon
rumah
Ketika melakukan panggilan dari telgam ke
telepon rumah biasa, panggilan tersebut akan berjalan-jalan di melalui antena nirkabel terdekat dan akan diubah oleh
penghantar nirkabel' ke sistem telepon landline tradisional. Panggilan tersebut
kemudian akan langsung diarahkan ke jaringan telepon tradisional dan ke orang
yang menjadi tujuan panggilan.
Panggilan dari Telgam ke Telgam
Ketika melakukan panggilan dari ini, panggilan
akan dirutekan melalui jaringan landline kepada pengantar nirkabel
penerima atau akan dirutekan dalam jaringan nirkabel' ke tempat sel terdekat
dengan orang yang menjadi tujuan panggilan. Pada saat berbicara di telgam, maka
telepon genggam akan menangkap suara dan mengubah suara menjadi energi frekuensi radio (gelombang radio). Gelombang radio akan
berjalan melalui udara hingga menemukan penerima di stasiun dasar terdekat.
Stasiun dasar kemudian akan mengirimkan panggilan tersebut melalui jaringan nirkabel hingga sampai pada
orang yang menjadi tujuan telepon
Panggilan jarak jauh
Ketika melakukan panggilan terhadap seseorang
yang berada di luar negara si pemanggil berada, panggilan ini tergolong
panggilan internasional. Panggilan akan dirutekan pada pusat pertukaran jarak
jauh, yang menyambungkan panggilan antar negara atau seluruh dunia melaui kabel serat optik.
Ada dua fungsi HP, yaitu fungsi secara umum
dan fungsi HP secara khusus.
Fungsi HP
secara umum adalah untuk melakukan komunikasi jarak jauh yang bisa berupa:
- suara atau telepon
- SMS (short massaging service) yang berupa pesan pendek menggunakan tulisan/teks.
Fungsi HP secara khusus berhubungan dengan
fitur atau aplikasi yang terdapat di dalamnya, yaitu sebagai berikut:
- SMS/Short massaging service (layanan pesan pendek), yaitu untuk menyampaikan atau
mengirimkan pesan teks pendek kepada orang lain.
- MMS/Multimedia massaging service, yaitu untuk menyampaikan/mengirimkan pesan
gambar/video kepada orang lain.
- Audio. Suara/ Berkaitan dengan suara dan pendengaran. Untuk
mendengarkan telepon/panggilan atau musik (radio/MP3).
- Video. Rekaman gambar hidup. Untuk membuat/memainkan
video/rekaman gambar hidup.
- Memory card. Kartu memori. Untuk menyimpang data (teks,
gambar, video).
- USB. Universal serial bus (hubungan komputer USB). Untuk
menyambungkan atau menghubungkan HP dengan komputer untuk
transfer/pemindahan/copy file teks, gambar, atau video baik dari HP ke
komputer maupun sebaliknya.
- GPRS. Untuk mengaktifkan layanan internet pada HP.
- Infra red. Sinar infra merah. Untuk
menyambungkan/menghubungkan HP dengan HP lain untuk
transfer/pemindahan/copy file teks, gambar, atau video.
- Bluetooth. Untuk menyambungkan/menghubungkan HP dengan
komputer atau dengan HP lain untuk transfer/pemindahan/copy file teks,
gambar, atau video baik dari HP ke komputer maupun sebaliknya.
- WI-FI. Wireless Fidelity. Untuk melakukan koneksi internet
dengan menggunakan frekuensi.
- TV. Television. Untuk menerima dan menampilkan audio visual
dari pemancar yang berupa suara dan gambar hidup.
- Modem. Perangkat untuk penghubung komputer dengan Telepon
untuk menjalankan internet.
- Kamera. Alat untuk memotret/mengambil gambar atau foto.
- Radio. Untuk menerima siaran audio dari pemancar yang berupa
suara.
Subscribe to:
Posts (Atom)